Share |

Pesan Natal PGI - KWI 2009

Diposting oleh St. Nicodemus


                  "Tuhan Itu Baik Kepada Semua Orang ..." (bdk. Mzm. 145:9a)

Saudara-saudari yang terkasih, segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

1.   Dalam suasana kebahagiaan Natal sekarang ini, kembali Tuhan menyapa dan mengingatkan kita umat-Nya untuk merayakan Natal ini dalam semangat kedamaian, kebersamaan dan kesahajaan. Dengan mengucap syukur sambil melantunkan kidung Natal dan doa, kita merenungkan, betapa baiknya Tuhan dalam kehidupan kita! Ia yang telah lahir bagi kita manusia, adalah juga Dia yang telah menebus dosa kita dan mendamaikan kita dengan Allah, Bapa kita. Dengan demikian, Ia menyanggupkan kita untuk hidup bersama, satu sama lain dalam damai Natal itu. "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya"[1]. Kabar Gembira Natal itulah yang harus kita hayati dan wujud-nyatakan di dalam kehidupan kita bersama.
Tema Natal kita tahun ini adalah: "Tuhan itu baik kepada semua orang." Tema ini hendak mengingatkan kita, bahwa sesungguhnya Allah menciptakan manusia menurut gambar dan citra-Nya[2]. Allah adalah Allah bangsa-bangsa[3]. Ia tidak hanya mengasihi Israel saja, tetapi juga Edom, Mesir, bahkansemua bangsa-bangsa.  "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia".[4]  Allah mengasihi dunia dan manusia yang hidup di sana dan manusia diperintahkan-Nya untuk mengolah dan menaklukkannya.[5] 
Sebagaimana kelahiran Yesus Kristus adalah bagi semua orang, maka umat Kristiani pun hidup bersama dan bagi semua orang. "Semua orang" adalah siapa saja yang hidup dan bertetangga dengan kita, tanpa membeda-bedakan, sebagaimana Allah, Bapa di surga, juga menyinarkan matahari-Nya dan menurunkan hujan-Nya kepada semua orang tanpa membeda-bedakan.[6]  Di dalam interaksi kita dengan sesama, pemahaman ini meliputi semua bidang kehidupan. Yesus Kristus memerintahkan, agar kita mengasihi sesama seperti diri kita sendiri.[7] Itulah hakikat inkarnasi Ilahi di dalam diri Yesus Kristus yang adalah Manusia bagi orang lain. Kelahiran Yesus Kristus mendasari relasi kita dengan orang lain. Maka kita menjalin relasi dengan sesama, tanpa memandang suku, ras, agama dan golongan.

2.   Dalam semangat inilah kita merayakan Natal sambil merefleksikan segala peristiwa yang telah kita lalui di tahun 2009 seperti misalnya Krisis Ekonomi Global, Pemilihan Umum, Aksi Terorisme sampai dengan Bencana Alam yang melanda beberapa wilayah Tanahair kita. Segala peristiwa tersebut mengingatkan kita untuk senantiasa menyadari kebesaran Tuhan dan membuat kita rendah hati di hadapan-Nya. Tuhan itu baik, karena Ia memampukan kita melewati semua peristiwa tersebut bersama sesama kita manusia. Maka Natal ini juga hendaknya memberikan kita hikmah dalam merencanakan hari esok yang lebih baik, bagi manusia dan bagi bumi tempat tinggalnya. Manusia yang diciptakan sebagai puncak dan mahkota karya penciptaan Allah, tidak bisa dilepaskan dari dunianya. Sungguh, "Tuhan itu baik bagi semua orang dan penuh rakhmat terhadap segala yang dijadikan-Nya".[8]
Oleh karena itu, kala merayakan peringatan kelahiran Yesus Kristus, Tuhan kita, kami mengajak seluruh umat Kristiani setanah-air untuk bersama-sama umat beragama lain menyatakan kebaikan Tuhan itu dalam semangat kebersamaan yang tulus-ikhlas untuk membangun negeri tercinta kita. Sebagai bagian integral bangsa, umat Kristiani di Indonesia adalah warganegara yang secara aktif turut mengambil bagian dalam upaya-upaya menyejahterakan bangsa, karena kesengsaraan bangsa adalah kesengsaraan kita dan kesejahteraan bangsa adalah kesejahteraan kita juga. Dengan pemahaman solidaritas seperti itu, umat Kristiani juga diharapkan turut melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan yang baru Negara ini, demi terwujudnya keadilan sosial dan kesejahteraan yang merata, termasuk juga demi terwujudnya upaya memulihkan keutuhan alam ciptaan yang menjadi lingkungan hidup kita. Merayakan Natal sebagai ungkapan penerimaan kedatangan Yesus Juruselamat, haruslah juga menjadi awal perubahan sikap dan tindakan untuk sesuatu yang lebih baik. Kedatangan Yesus bagi semua orang melalui karya-Nya, dahulu telah dipersiapkan oleh Yohanes Pembaptis dengan memaklumkan perubahan sikap dan tekad ini[9], baik melalui pewartaannya maupun melalui peri-hidupnya sendiri. Hal itu membuat mereka yang dijumpainya dan mendengar pewartaannya bertanya: "Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?"[10]

3.   Karena itu, melalui pesan Natal ini, kami mengajak seluruh umat Kristiani:
  a.. untuk senantiasa menyadari kebaikan Tuhan, dan dengan demikian menyadari juga panggilan dan perutusannya untuk berbuat baik kepada sesamanya[11]. Kita dipanggil bukan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan, sehingga kita dikalahkan oleh kejahatan, melainkan untuk mengalahkannya dengan kebaikan[12], supaya dengan melihat perbuatan baik kita di dunia ini, orang memuliakan Bapa yang di surga[13].
·         untuk melibatkan diri secara proaktif dalam berbagai upaya, terutama yang direncanakan oleh Pemerintah dalam program-program pembangunan manusia seutuhnya. Kita juga dipanggil untuk terlibat aktif bersama dengan gerakan-gerakan atau apsirasi-aspirasi lain, yang mempunyai keprihatinan tulus, untuk mewujudkan masyarakat majemuk yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keikhlasan dan solidaritas memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bersama.
  a.. untuk ikut terlibat aktif dalam menyukseskan program-program bersama antara Pemerintah dan masyarakat demi keharmonisan hubungan manusia dengan manusia, tetapi juga antara manusia dengan alam lingkungan hidupnya. Dalam upaya-upaya pelestarian lingkungan dan keutuhan ciptaan, umat Kristiani hendaknya tidak hanya menjadi pelaku-serta saja, tetapi juga menjadi pemrakarsa.
Akhirnya, Saudara-saudari seiman yang terkasih, marilah kita berdoa juga bagi Pemerintah kita yang baru, yang dengan demokratis telah ikut kita tentukan para pengembannya, bersama dengan seluruh jajarannya dari pusat sampai ke daerah-daerah, agar mereka dapat menjalankan tugas mereka dengan baik. Itulah yang diamanatkan oleh Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Demikianlah pesan kami. Selamat Natal 2009 dan Selamat Menyongsong Tahun Baru 2010. Tuhan memberkati. 
Jakarta, November 2009     

                                        Atas nama
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA          KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA
   DI INDONESIA (PGI)                                             (KWI)
Pdt. Dr. A.A. Yewangoe                        Mgr. M.D.Situmorang OFMCap.
    Ketua Umum                                                    Ketua

Pdt. Dr. R. Daulay                                Mgr. A. Sutrisnaatmaka MSF.
Sekretaris Umum                                        Sekretaris Jenderal

-------------------------------------------------------------------------------
[1]  Luk. 2:14.
[2]  Bdk. Kej.1:26.
[3]  Bdk. Mzm. 47:9-10.
[4]  Yoh 3:16-17.
[5]  Bdk Kej. 1:38.
[6]  Bdk. Mat 5:45.
[7]  Bdk. Mat. 22:39.
[8]  Mzm. 145:9.
[9]  Bdk. Mrk. 1:4; Luk. 3:3.
[10]  Bdk. Luk. 3:10.
[11]  Luk. 6:33; Gal. 6:9.
[12]  Bdk. Rom 12:21.
[13]  Bdk Mat. 5:16; 1Ptr. 2:12.

Injil Minggu Biasa XXXIII / B (Mrk 13:24-32), 15 November 2009

Diposting oleh St. Nicodemus


09 November 2009 14:16

MEMBARUI KEMANUSIAAN
Karangan ini membicarakan Mrk 13:24-32 yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XXXIII tahun B. Ada dua pokok yang disampaikan dalam petikan dari Injil Markus ini. Yang pertama mengenai kedatangan Anak Manusia yang didahului "zaman edan" (ay. 24-27). Yang kedua mengajak orang memperhatikan kapan saat itu tiba (ay. 28-32).


KEDATANGANNYA KEMBALI
Murid-murid yang masih mengenal Yesus dari dekat mewartakan bahwa ia telah bangkit dari kematian dan naik ke surga dan kini menyiapkan tempat bagi mereka. Ia akan datang kembali dengan mulia dan orang-orang yang percaya kepadanya akan ikut serta dalam kebesarannya. Saat itu seluruh alam semesta akan menyaksikan peristiwa ini. Yang paling membuat generasi pertama murid-murid ini bergairah ialah kebangkitannya. Karena itu, pewartaan Injil yang paling awal ialah "Tuhan telah bangkit!" Semua hal lain, termasuk kedatangannya kembali, ialah kelanjutan peristiwa itu. Namun demikian, bagi murid-murid dari generasi yang tidak mengenal Yesus sendiri, kebangkitannya sudah jadi hal yang diandaikan. Minat mereka lebih terarah pada kedatangannya kembali. Di situlah letak daya tarik komunitas Kristen awal ini. Seluruh Injil Markus ditulis bagi kalangan mereka. Kepada mereka diperkenalkan siapa Yesus yang akan datang kembali itu lewat ingatan akan hal-hal yang diajarkan dan dilakukannya semasa hidupnya. Kedatangannya kembali nanti dikontraskan dengan suasana yang menggelisahkan - suasana zaman edan dan bumi gonjang-ganjing.


KERAJAAN ALLAH SUDAH TIBA

TANYA:Markus, bila begitu latar belakangnya, apa warta Yesus yang paling pokok yang Anda rekam?
MARKUS: Orang-orang di sana dulu terusik dengan pertanyaan-pertanyaan tentang akhir zaman.
                   Kepada orang-orang ini Yesus mengajarkan bahwa akhir zaman sudah tiba dalam wujud
                   "Kerajaan Allah". Ini kutuliskan pada awal Mrk 1:15.
TANYA:     Lha, apa yang terjadi bila Kerajaan Allah sudah datang?
MARKUS:  Dalam Mrk 1:15a, kuceritakan Yesus berseru "Me­tanoeite!", yang artinya lebih luas daripada "Bertobatlah!" 
                    Orang-orang diminta agar berubah haluan dari hanya ngutak-utik perkara betul atau salah menurut Taurat 
                    menjadi orang yang berpikir lapang, yang tidak membiarkan diri terganjal huruf. 
                    Begitulah ada kemerdekaan. Ini perlu agar warta Injil bisa diterima dgn mantap.
TANYA:     Lalu?
MARKUS: Langkah berikutnya, ya mendengarkan, memandangi, mengikuti Yesus yang mengajar menyembuhkan orang 
                    sambil berjalan ke Yerusalem meskipun sadar di sana bakal kena susah..Jadi, kayak Bartimeus si buta yang 
                    melihat kembali.
TANYA: Maksudnya, satu ketika orang bakal menyadari Yesus sebagai Mesias yang diutus Allah.
MARKUS: Benar. Tapi Yesus sendiri sebenarnya memakai ungkapan Anak Manusia untuk menjelaskan.ke-Mesias-annya. 
                   Ia mendekatkan kembali manusia dengan Allah, ia bukan Mesias politik..Karena itu juga, seperti dalam Injilku 
                  (Mrk 13:26), ia me­makai gambaran Anak Manusia dengan memanfaatkan Dan 7:13.


TAFSIR DANIEL 7:13 - KEMANUSIAAN YANG BARU

Kedatangan kembali Yesus dalam kemuliaannya digambarkan oleh Markus (juga oleh Matius dan Lukas) dengan memakai gambaran dari Dan 7:13, yakni tokoh Anak Manusia yang datang menghadap Allah untuk memperoleh anugerah kuasa atas seluruh alam semesta. Dalam Kitab Daniel, kedatangan Anak Manusia ini terjadi segera sesudah Allah memunahkan kekuatan-kekuatan jahat yang mengungkung alam semesta. Zaman yang dikuasai kekuatan edan itu kini digantikan dengan zaman Anak Manusia. Siapakah Anak Manusia dalam Daniel itu? Tafsiran bisa bermacam-macam. Namun demikian, bila dicermati, Anak Manusia di situ dipakai melukiskan kemanusiaan baru yang hidup merdeka di hadapan Allah. Di situlah kebesarannya. Bila diterapkan kepada Yesus, kedatangannya kembali mewujudkan kemanusiaan yang baru ini. 

MARKUS: Setuju dengan catatan di atas. Kemanusiaan baru itulah wujud utuh Kerajaan Allah. Manusia tidak lagi buta, 
                    tidak lagi lumpuh, tidak lagi sakit, tidak kerasukan roh jahat, tapi yang merdeka di hadapan Allah, seperti Yesus 
                    sendiri di hadapan Allah, Bapa yang maharahim itu. Seperti dalam Kitab Daniel tadi, kehadiran manusia baru itu 
                    berkontras dengan zaman edan yang mendahuluinya.
TANYA: Kok dipakai ibarat pohon ara bersemi segala. Pusing!
MARKUS: Aku sendiri juga belum seratus persen ngerti. Tapi pohon ara yang bersemi itu kan tanda yang pasti mengenai 
                    musim panas sudah di ambang pintu. Nah, kepastian seperti inilah yang boleh kalian pegang bila kalian 
                    mengalami macam-macam kegelisahan di zaman edan.


PERTANDA ZAMAN
Agar pembicaraan tafsir di atas agak lebih membumi, marilah kita sekadar menengok angka-angka statistik penduduk "miskin" dari Maret 2006 hingga Maret 2009 berdasarkan Berita Resmi Statistik terbitan dari Biro Pusat Statistikdari tahun-tahun itu. Kemiskinan dapat dipakai sebagai salah satu pertanda yang mendahului "kedatangan kemanusiaan baru" yang dibicarakan di atas.
-          "Garis Kemiskinan" per bulan per kapita dan pada bulan Maret 2006 Rp.151.997,- per bulan per kapita (jumlah itu diukur dengan beaya untuk memenuhi bahan pokok pangan dan papan yang minimum dan menanjak tiap tahun). Atas dasar perhitungan garis itu, pada tahun 2006 terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin yang cukup drastis, yaitu dari 35,10 juta orang (15,97 persen) pada bulan Februari 2005 menjadi 39,30 juta (17,75 persen) pada bulan Maret 2006. Peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin selama Februari 2005-Maret 2006 terjadi karena harga barang-barang kebutuhan pokok selama periode tersebut naik tinggi, yang digambarkan oleh inflasi umum sebesar 17,95 persen. Akibatnya penduduk yang tergolong tidak miskin namun penghasilannya berada di sekitar garis kemiskinan banyak yang bergeser posisinya menjadi miskin.
-          Ada perbaikan selama tiga tahun belakangan ini. Dengan Garis Kemiskinan pada bulan Maret 2009 sebesar Rp.200.262,-, maka penduduk miskin berjumlah 32,53 juta jiwa (14,15 persen) .Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Bulan Maret 2008 (Garis Kemiskinan Rp. 182.636) yang berjumlah 34,96 juta (15,42 persen), jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta. Perbaikan ini kelanjutan dari keadaan sebelumnya. Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2007 (Garis Kemiskinan Rp 166.697) yang berjumlah 37,17 juta orang (16,58 persen), jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta orang. selama periode Maret 2007-Maret 2008.


Sekadar rincian. Selama periode Maret 2008-Maret 2009 (Garis Kemiskinan pada Bulan Maret 2009 seperti di atas ialah Rp.200.262,-) penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 1,57 juta, sementara di daerah perkotaan berkurang 0,86 juta orang. Namun demikian proporsi persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah dibanding tahun sebelumnya. Pada Bulan Maret 2009, sebagian besar (63,38 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan. Peranan komoditi makanan (beras, gula pasir, telur, mie instan, tahu dan tempe) terhadap Garis Kemiskinan adalah  73,57 persen, jadi jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, biaya listrik, angkutan, minyak tanah, sandang, pendidikan, dan kesehatan).


Adanya perubahan di atas menjadikan harapan akan perbaikan mulai tampak sebagai kenyataan. Berarti zaman edan dan kekuatan yang jahat sudah atasi? Perbaikan keadaan sudah mantap? Boleh jadi terlalu dini membuat kesimpulan ke sana. Namun ada pertanda bahwa perbaikan itu dapat menjadi kenyataan. Iman injili menyangkal kekuatan yang memiskinkan  kemanusiaan. Injil mengabarkan zaman seperti itu bisa diakhiri dan digantikan dengan kemanusiaan yang semakin utuh. Ada dua cara ikutserta memperbaiki kemanusiaan yang masih mengalami "kemiskinan". Yang pertama ialah membantu dengan bantuan material yang langsung dibutuhkan. Cara ini cocok dalam keadaan darurat, tetapi tidak banyak membantu dalam menghadapi kemiskinan kronik dan perbaikan ke depan. Jenis ini lebih cocok dihadapi dengan cara kedua, yakni menggugah orang-orang yang berkekurangan agar mengusahakan perbaikan diri dan mengajak mereka maju terus. Dalam benak terpikir, inilah caranya untuk membumikan eksegese Anak Manusia dalam Dan 7:13 dan Mrk 13:26 bagi negeri ini. Kedatangannya juga demi perbaikan nasib kaum lemah ekonomi di bumi ini.


Salam hangat,
A. Gianto



RENUNGAN

Diposting oleh St. Nicodemus


19 Oktober 2009 07:11

Injil Minggu Biasa XXX tahun B 25 Oktober 2009 (Mrk 10:46-52)

BYAAR! MELIHAT KEMBALI - KE ATAS!

Diceritakan dalam petikan kali ini (Mrk 10:46-52) bagaimana Bartimeus, seorang pengemis buta, ikut berdesak-desakan mengerumuni Yesus yang sedang berjalan lewat Yerikho. Ia berseru minta dikasihani oleh Yesus yang dipanggilnya sebagai "anak Daud", gelar Mesias yang dinanti-nantikan banyak orang itu. Kendati orang banyak menyuruhnya diam, ia terus berteriak dan makin keras. Mendengar itu Yesus menyuruh membawa Bartimeus mendekat untuk di­tanyai ingin apa darinya. Ketika ia minta agar bisa melihat kembali, Yesus mengatakan bahwa imannya telah menyelamatkannya. Saat itu juga Bartimeus dapat melihat kembali dan mulai mengikuti Yesus dalam perjalanannya. Marilah kita tengok terlebih dahulu perihal orang buta dalam Alkitab sebelum mengamati beberapa peristiwa Yesus menyembuhkan orang buta dan menafsirkan kisah Bartimeus ini.

ORANG BUTA DALAM ALKITAB

Orang bisa buta sejak lahir (Yoh 9:1), atau berkurang penglihatannya karena usia lanjut (Ishak dalam Kej 27:1; Eli dalam 1Sam 3:2; Ahia dalam 1Raj 14:4). Di luar itu, kebutaan umumnya akibat penyakit mata yang kasep. Hukum agama dan hukum adat melindungi orang-orang buta (seperti halnya juga janda, musafir, orang sakit, orang miskin, dst.). Ada ancaman keras jangan sekali-sekali menyesatkan atau membiarkan orang buta tersandung (Im 19:14 dan Ul 27:18). Hukum-hukum ini keramat. Tipe orang saleh seperti Ayub bisa berkata sudah menjalankan kebaikan terhadap orang buta (Ayb 29:15).

Kebutaan Saulus (Kis 9) dipakai untuk menyadarkannya bahwa hingga saat itu ia "buta" akan kehadiran Yesus. Selain itu, kebutaan fisik membuatnya kini makin menghargai kebesaran Allah yang mengasihani orang buta seperti dia lewat orang yang mengantarkannya mencari kesembuhan di Damsyik - di sana ia juga menerima baptisan, yang dimengerti secara teologis olehnya nanti dalam Rm 6:5 sebagai ikut mati, dikubur, dan dibangkitkan kembali bersama dengan Kristus.

Kebutaan bisa didatangkan sebagai hajaran kekuatan gaib, misalnya Saulus/Paulus dengan kekuatan matanya menyihir buta seorang nabi palsu bernama Baryesus alias Elimas yang menjalankan praktek santet di Pafos di Pulau Siprus (Kis 13:11). Sambil berdoa Elisa menenung buta sepasukan orang Aram (2Raj 6:8 dst.). Malaikat Allah membutakan mata orang-orang Sodom yang berniat berbuat keji terhadap mereka yang menyamar sebagai tetamu Lot (Kej 19:1). Praktek merusak mata lawan juga dikenal, misalnya orang Filistin mencungkil mata Simson (Hak 16:22), Nebukadnezar membutakan Zedekia (2 RW 25:7).

Kebutaan dapat menggambarkan tipisnya kepekaan rohani, misalnya umat yang tak lagi mengindahkan Allah (Yes 42:18-19), malah pemimpin umat juga buta (Yes 56:10); juga orang yang duniawi belaka pikirannya (2Kor 4:4) atau yang tak berbuat baik kepada sesama (2 Ptr 1:9) dan yang membenci sesama (1Yoh 2:11). Gereja Laodikea dikatakan buta karena tidak menyadari kemerosotan rohani sendiri (Why 3:17). Orang Farisi diibaratkan orang buta menuntun orang buta (Mat 15:14; Luk 6:3).

YESUS DAN ORANG BUTA

Seperti diutarakan dalam Mat 11:5 dan Luk 7:(21-)22, dalam menjawab pertanyaan Yohanes Pembaptis, Yesus menyebut penyembuhan orang buta sebagai salah satu tanda bahwa dirinya itu tokoh yang telah lama dinanti-nantikan orang banyak. Hal ini berhubungan erat dengan gagasan Alkitab bahwa keselamatan datang bagaikan terang bagi orang buta (lihat Mzm 146:8; Yes 29:18; 35:5; 42:16.18; 43:8; Yer 31:8). Tiga kejadian penyembuhan orang buta diceritakan secara khusus dalam Injil-Injil:

Di Betsaida (Mrk 8:22-25; Mat 9:29): Markus melaporkan bahwa orang buta yang diludahi matanya dan ditumpangi tangan oleh Yesus mulai bisa samar-samar melihat kembali dan baru pulih sepenuhnya ketika matanya ditumpangi tangan sekali lagi. Matius mengandaikan pembaca mampu membayangkan tiap tindakan Yesus itu dan hanya melaporkan Yesus "menjamah mata" si buta. Akan tetapi, Matius menekankan orang buta itu ditanya dulu apa sungguh percaya Yesus bisa menolong mereka.

Mengenai peristiwa di Yerikho (Mrk 10:46 dst.; Luk 18:35 dst.; Mat 20:30 dst.) Markus dan Lukas berbicara tentang Bartimeus si buta yang menjadi peminta-minta, tapi entah bagaimana Matius menambahkan orang buta yang lain sehingga penyembuhannya terjadi pada dua orang buta tanpa nama. Boleh jadi ingatan Matius agak rancu dengan peristiwa yang pernah diceritakannya sendiri dalam Mat 9:27-29. Bagaimanapun juga si buta itu, satu atau dua orang, berteriak minta tolong, "Anak Daud, kasihanilah...!" Dan Yesus langsung berbuat sesuatu. Tak perlu heran, menurut adat dan hukum orang buta wajib ditolong (lihat catatan di atas), apalagi kalau yang bersangkutan mengimbau kewajiban keramat Mesias untuk menunjukkan belas kasihan ilahi.

Di Yerusalem (Yoh 9:1-41, orang buta sejak lahir), Yesus meludah ke tanah dan membuat lumpur yang dipoleskannya pada mata orang buta sejak lahir itu lalu menyuruhnya pergi berendam di kolam Siloam dan kembali ke Yesus dan penglihatannya kini beres. Penyembuhan ini terjadi dengan maksud menunjukkan betapa karya Allah nyata-nyata terjadi dalam diri orang buta sejak lahir itu (ay. 3).

Yesus bertindak seperti penyembuh paranormal zaman itu, lengkap dengan gerak-gerik magis-ritual dan penyebutan syarat-syaratnya segala. Injil kadang-kadang merekamnya, kadang-kadang hanya mengandaikan pembaca sudah tahu dan bisa membayangkannya sendiri.

DIALOG IMAJINER DENGAN BARTIMEUS

TANYA: Pak Bartimeus, kenapa kok Anda bersikeras minta tolong kepada Yesus? Apa Anda tidak takut orang banyak yang mengomeli Anda?

BARTIMEUS: Itu hakku, bukan? Yesus itu kan Mesias keturunan Daud, betul kagak? Ia tidak bakal mengingkari kewajibannya kepada orang kayak gue-gue ini. Dan ngapain takut sama orang banyak? Mereka kan tidak bakal berani menjegalku, situ kan ahli Kitab Suci, apa kata Im 19:14 dan Ul 27:18?

TANYA: Okay, Pak. Lain hal, apa yang Anda rasakan waktu Yesus tanya ingin apa darinya?

BARTIMEUS: Wah, dag-dig-dug! Sampai saat itu aku pikir aku ini kena hukuman Allah kayak orang Aram atau orang kota Sodom, atau dukun belang yang kalian kenal dari Kitab Suci. Kebetulan Yesus lewat Yerikho. Dengar-dengar ia mengajarkan Allah itu Bapa yang baik. Ini perkara baru. Tapi kurang jelas apa juga berlaku bagi orang seperti aku ini. Maka mau tanya langsung kepadanya. Tahu-tahunya ia malah nyuruh aku datang mendekat dan bertanya aku mau dia lakukan apa bagiku. Lha, tentu saja gue bilang pe­ngin bisa ngeliat kembali. Saat itu juga rasanya byaar!

TANYA: Omong-omong, persisnya Injil-Injil melaporkan "byaar" Anda itu tadi itu sebagai "saat itu juga ia bisa melihat kembali". Apanya yang "kembali"? Soalnya begini, sabar ya Pak, teks Injil mengatakan Anda itu "ana-eblepse". Lha, "eblepse", aorist orang ke-3 tunggal, artinya "mulai melihat" itu memiliki awalan "ana-" yang mengandung makna "kembali". Jadi, dengan "byaar" tadi Anda mulai bisa melihat hal-hal seperti dulu lagi. Tetapi awalan "ana-" itu juga berarti "ke atas", jadi "ana-eblepse" itu juga "mulai bisa memandang ke atas". Yesus sendiri misalnya ketika hendak memberi makan lima ribu orang dikatakan dalam Mat 14:19 "... menengadah (= ana-eblepsas) ke langit lalu mengucap syukur..." Apa Anda setuju dikisahkan dalam Injil-Injil dengan kata "ana-eblepse" yang sarat dengan dua nuansa itu?

BARTIMEUS: Waduh, waduh, terima kasih diajari Yunani! Memang cerita Injil-Injil itu jitu. Dalam "byaar" tadi rasa-rasanya mulai tampak juga apa yang dilihat Yesus ketika ia menengadah.

TANYA: Lha apa itu?

BARTIMEUS: Situ belum tahu? Kursus kilat Yunani saya balas dengan kursus kilat iman. Yesus bilang sama gue, "Imanmu sudah menyelamatkanmu." Ia tahu saat itu saya "byaar" dan mulai bisa juga melihat yang dilihatnya seperti ketika ia menengadah tadi. Inilah yang dia maksudkan. Aku mulai makin tertarik ikut melihat yang betul-betul dilihatnya, bukan hanya langit saja tapi siapa yang di sana. Karena itu, aku ikuti dia. Tiap hari aku mendengarkan ia bercerita mengenai Bapanya yang ada di surga, yang di atas sana. Maka Mrk 10:52 bilang tentang aku yang mantan pengemis buta ini "lalu ia mulai mengikutinya dalam perjalanannya". Maksudnya, jalan menuju Bapanya - tafsir ini ndak bisa Anda raih dengan eksegese tok lho, karena hanya terjangkau dalam iman yang disebut Yesus tadi. Luk 18:43 mengatakan yang sama ketika bilang tentang diriku "lalu ia mulai mengikuti dia sambil memuliakan Allah". Allah yang makin kupandangi dalam mengikut Yesus.

Pada akhir tanya jawab itu, terbayang Bartimeus berjalan mengikuti Yesus - ia yang tadi buta itu kini menuntun kita semua mulai memahami apa makna mengikuti Yesus dalam perjalanannya. Ia juga bukan peminta-minta lagi, ia bisa memberi banyak. Apa rekan-rekan berkeberatan bila dikatakan perjumpaan Bartimeus dengan Yesus itu justru karena si buta ingin lebih tahu cerita Yesus tentang Bapa­nya yang di atas sana, di surga, dan dalam hubungan ini ia memperoleh kembali penglihatannya?

Salam hangat,
A. Gianto

OMK Nicodemus Sanjaya 12

Diposting oleh St. Nicodemus


OMK Nicsan 12 melakukan Pendalaman Iman lewat KKS
yang dipandu oleh Bpk. Tukidi dan Bpk. Michael M.


OMK Nicsan mencoba melihat dan merefleksikan Bahan Renungan
mengenai perumpamaan tentang seorang penabur( Lukas 8:4-15)
dan seorang tokoh yg. saleh, tegas dan ulet pada diri  Nehemia.
Bagaimana relevansi dan aplikasi nya dalam hidup mereka yg. sekarang


Dan masing masing dari mereka telah membawa benih yg. telah ditaburkan dalam diri
kemudian mereka bertekad untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka sehari-hari
dalam keluarga,lingkungan, gereja dan masyarakat Indonesia.










                                               

Proficiat






Mengapa berdevosi kepada Bunda Maria

Diposting oleh St. Nicodemus

Beberapa dokumen Gereja yang menyebutkan dan menganjurkan devosi kepada Santa Perawan Maria:

Katekismus Gereja Katolik (KGK) 971 menyebutkan: “Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia” (Luk 1:48). “Penghormatan Gereja untuk Perawan Maria tersuci termasuk dalam inti ibadat Kristen” (MC 56). “Tepatlah bahwa ia dihormati oleh Gereja dengan kebaktian istimewa. Memang sejak zaman kuno santa Perawan dihormati dengan gelar ‘Bunda Allah’; dan dalam segala bahaya dan kebutuhan mereka umat beriman sambil berdoa mencari perlindungannya… Kebaktian Umat Allah terhadap Maria… meskipun bersifat istimewa, namun secara hakiki berbeda dengan bakti sembah sujud, yang dipersembahkan kepada Sabda yang menjelma seperti juga kepada Bapa dan Roh Kudus, lagi pula sangat mendukungnya” (LG 66). Ia mendapat ungkapannya dalam pesta-pesta liturgi yang dikhususkan untuk Bunda Allah Bdk. SC 103. dan dalam doa marian – seperti doa rosario, yang merupakan “ringkasan seluruh Injil”
Bdk. MC 42.Vatikan II, Lumen Gentium 69, “Hendaklah segenap Umat kristiani sepenuh hati menyampaikan doa-permohonan kepada Bunda Allah dan Bunda umat manusia, supaya dia, yang dengan doa-doanya menyertai Gereja pada awal-mula, sekarang pun di sorga – dalam kemuliaannya melampaui semua para suci dan para malaikat, dalam persekutuan para kudus – menjadi pengantara pada Puteranya, sampai semua keluarga bangsa-bangsa, entah yang ditandai nama kristiani, entah yang belum mengenal Penyelamat mereka, dalam damai dan kerukunan di himpun dalam kebahagiaan menjadi satu Umat Allah, demi kemuliaan Tritunggal yang Mahakudus dan Esa tak terbagi.”
Kitab Hukum Kanonik, Kan. 1186, “Untuk memupuk pengudusan umat Allah, Gereja menganjurkan agar umat beriman kristiani secara khusus dan dengan sikap seorang anak menghormati Santa Maria selalu Perawan dan Bunda Allah, yang diangkat oleh Kristus menjadi Bunda semua orang; Gereja juga memajukan penghormatan yang benar dan sejati kepada Orang-orang Kudus lain, yang dengan teladannya umat beriman kristiani dibangun serta dengan pengantaraannya umat itu didukung.”
Apostolic Bull dari Paus Pius IX, saat mengeluarkan Dogma Maria Dikandung Tanpa Noda, Ineffabilis Deus, 31, mencantumkan juga anjuran untuk terus berdoa dan menghormati Bunda Maria.
Surat Apostolik Paus Yohanes Paulus II, “Rosarium Virginis Mariae/ Tentang Rosario”, 43, “Saya menganjurkan pada engkau, para saudara dan saudari dalam setiap status kehidupan, kepadamu para keluarga Kristiani, para penderita sakit dan kaum manula dan kepadamu kaum muda: berdoalah Rosario lagi dengan yakin. Temukanlah/ doakanlah kembali Rosario di dalam terang Alkitab, dalam keharmonisan dengan liturgi dan dalam konteks kehidupanmu sehari-hari.”
Surat Ensiklik Paus Leo XIII, Magnae Dei Matris, 29, Rosario yang adalah alat yang dapat membantu mempertahankan iman dan contoh tentang kebajikan ilahi, seharusnya berada di tangan umat Kristiani yang sejati, dan didoakan dan dimeditasikan dengan khusuk.
Surat Ensiklik Paus Pius XII, Ingruentium Malorum, Tentang Mengucapkan Doa Rosario, 11, 12. Umat Kristiani harus dipimpin untuk memahami kebesaran, kekuasaan, dan keistimewaan doa Rosario. Di dalam keluarga, kami mengharapkan agar dibiasakan berdoa Rosario, dan ini agar rajin dilakukan.
Surat Ensiklik Paus Yohanes XXIIi, Grata Recordatio, Tentang Rosario, Doa untuk Gereja,10, Nyalakanlah semangat dengan keyakinan kepada Bunda Perawan Maria, yang selalu menjadi pelindung umat Kristiani dalam kesusahan.
Surat Ensiklik Paus Paulus VI, Christi Matri, Tentang Doa untuk Perdamaian dalam bulan Oktober, 9, 10 menganjurkan agar umat berdoa dengan tekun sepanjang bulan Oktober. Doa Rosario dapat mendatangkan berkat-berkat surgawi. Sejarah telah membuktikan bahwa doa rosario telah sangat berguna untuk mengusir kejahatan, mencegah bencana, dan menjadi bantuan yang besar untuk menunjang kehidupan iman Kristiani.
Surat Wejangan Apostolik Paus Paulus VI, Marialis Cultus, Tentang Devosi Maria, menjelaskan panjang lebar tentang Devosi kepada Bunda Maria, atas dasar Maria sebagai teladan iman, kasih dan persatuan dengan Kristus (bdk. Lumen Gentium 63), yang oleh sikap batinnya Gereja memohon kepada Kristus, dan melalui-Nya menyembah Allah Bapa (bdk. Sacrosanctum Concilium 7). Semoga bermanfaat. [D. Gusti Bagus Kusumawant, Pr]
Catatan dari www.gerejakatolik.net
Dalam iman Katolik, devosi didefinisikan sebagai: praktek-praktek rohani yang merupakan ekspresi yang konkrit bagi keinginan untuk melayani dan menyembah Tuhan dengan melalui objek-objek tertentu, seperti misalnya: misteri Ilahi, orang kudus, benda-benda religius, atau bahkan realitas yang berhubungan dengan Allah. Definisi lainnya menggambarkan devosi sebagai suatu bentuk doa diluar liturgi Gereja yang membantu perkembangan iman umat.


Bulan Rosario

Diposting oleh St. Nicodemus


ROSARIO

Banyak umat Non-Katolik dan termasuk juga sebagian umat Katolik mengira bahwa doa rosario adalah doa kepada Maria. Sesungguhnya doa rosario adalah doa kepada Tuhan Yesus, dengan meneladani intersesi (bantuan doa) Bunda Maria. Didalam doa Rosario Bunda Maria  menemani  didalam doa, merenungkan peristiwa kelahiran, penderitaan, dan kemuliaan Putranya.
Doa Rosario menuntuk suasana yang tenang dimana misteri kehidupan Yesus dapat direnungkan dengan sepenuh hati.

CARA BERDOA ROSARIO 1. Aku Percaya
2. Bapa Kami
3. Salam Putri Allah Bapa, Salam Maria
4. Salam, Bunda Allah Putra, Salam Maria
5. Salam, Mempelai Allah Roh Kudus, Salam Maria
6. Kemuliaan

Ikuti Jalan SalibDoa Jalan Salib

(Kemudian renungkan misteri dari kelompok peristiwa-peristiwa)

Peristiwa-peristiwa Gembira





1.  Maria menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel
2.  Maria mengunjungi Elisabet, saudaranya
3.  Yesus lahir di kandang Betlehem
4.  Yesus dipersembahkan di Bait Allah
5. Yesus diketemukan kembali di Bait Allah
Peristiwa-peristiwa Sedih





1.  Yesus berdoa di Taman Getsemany
2. Yesus didera
3.Yesus dimahkotai duri
4. Yesus memanggul salibNya ke gunung Golgota
5. Yesus wafat pada salib
Peristiwa-peristiwa Mulia





1.Yesus bangkit dengan jaya
2.  Yesus naik ke surga
3. Roh Kudus turun atas para rasul
4. Maria diangkat ke surga
5. Maria dimahkotai di surga
Peristiwa-peristiwa Terang





1.Yesus dibaptis di sungai Yordan
2.  Yesus menyatakan diri-Nya dalam pesta pernikahan di Kana
3. Yesus memberitakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan
4. Yesus menampakan kemuliaan-Nya
5. Yesus menetapkan Ekaristi
Tata cara Berdoa Rosario
Dalam nama Bapa…
Aku percaya… (lihat no. 1-2)
Kemuliaan kepada Bapa… (lihat no. 13)
Terpujilah… (lihat no. 20)
Bapa kami… (lihat no. 10-12)

Salam, Putri Allah Bapa. – Salam Maria…(lihat no. 14)
Salam, Bunda Allah Putra, - Salam Maria…
Salam, Mempelai Allah Roh Kudus. – Slam Maria…

Lalu menyusul “Kemuliaan” dan “Terpujilah” seperti diatas.
Kemudian pemimpin membacakan peristiwa-peristiwa dari rangkaian misteri yang dipilih (lihat di bawah). Selanjutnya menyusul Bapa kami, 10 Salam Maria, Kemuliaan, Terpujilan. Lalu menyusul peristiwa kedua dan seterusnya.

Peristiwa-peristiwa Gembira, khususnya selama Masa Adven dan Natal
1. Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel (Luk1:26-38).
2. Maria mengunjungi Elisabet, saudarinya (Luk1:39-45).
3. Yesus dilahirkan di Bethlehem (Luk2:1-7).
4. Yesus dipersembahkan dalam Bait Allah (Luk2:22-40).
5. Yesus diketemukan dalam Bait Allah (Luk2:41-52).

Peristiwa-peristiwa Sedih, khususnya selama Masa Prapaskah dan tiap hari Jumat
1. Yesus berdoa kepada Bapa-Nya di surga dalam sakratul maut (Luk22:39-46).
2. Yesus didera (Yoh19:1).
3. Yesus dimahkotai duri (Yoh19:2-3).
4. Yesus memanggul salib-Nya (ke Gunung Kalvari) (Luk22:26-32).
5. Yesus wafat di salib (Luk23:44-49).

Peristiwa-peristiwa Mulia, khususnya selama Masa Paskah dan tiap hari Minggu
1. Yesus bangkit dari kematian (Luk21:1-12).
2. Yesus naik ke surga (Luk24:50-53).
3. Roh Kudus turun atas para Rasul (Kis2:1-13).
4. Maria diangkat ke surga (1Kor15:23; DS 3903).
5. Maria dimahkotai di surga (Why12:1, DS 3913-3917).

Peristiwa-peristiwa Terang.
1. Yesus di baptis di sungai Yordan (
Mat3:16-17)
2. Yesus menyatakan diri-Nya dalam pesta pernikahan di Kana (
Yoh2:11)
3. Yesus memberitakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan (
Mat4:17-23)
4. Yesus menampakan kemuliaan-Nya (
Mat17:2-5)
5. Yesus menetapkan Ekaristi (
Mrk14:22-24)

12. Dari Ps no 274
Didakhe 1X : 2-4
D/L Bapa, Engkau kami puji karena santapan kudus, yang Kau bagikan kepada kami dengan pengantaraan Yesus, Putra-Mu.
U Terpujilah Engkau selama-lamanya
D/L Bapa, Engkau kami puji karena kebenaran dan hidup, yang Kausampaikan kepada kami denganpengantaraan Yesus, Putra-Mu.
U Terpujilah Engkau selama-lamanya
D/L Bapa, sebagaimana roti yang kami bagi-bagi ini telah dikumpulkan dari banyak butir gandum yang tersebar di lereng-lereng gunung, sudilah Engkau menghimpun pula umat-Mu dari segala ujung bumi, dan mempersatukan mereka dalam kerajaan-Mu dengan perantaraan penyelamat kami, Yesus Kristus
U Terpujilah Engkau selama-lamanya

Catatan 1:
Setiap kali renungan-renungan itu:
a. Didahului doa Bapa Kami, doa yg diajarkan oleh Yesus sendiri. Diucapkan dengan khidmat
b. Disertai doa Salam Maria, yang merupakan salam dari malaikat Gabriel dan salam dari Elisabet. Diucapkan dengan tenang sebagai pujian, dan diulang 10 kali seperti doa litani.
c. Diakhiri doa Kemuliaan , sebagai permuliaan dan penyembahan kepada Allah Tritunggal.

Catatan 2:
a. Peristiwa-persitiwa Gembira : Pada hari Senin dan Sabtu; pada masa Adven dan Natal.
b.Peristiwa-peristiwa Sedih : Pada hari Selasa dan Jumat; pada masa Puasa.
c.Persitiwa-peristiwa Mulia : Pada hari Rabu, Sabtu dan Minggu; pada masa Paska.
d. Peristiwa-peristiwa Terang : Pada hari Kamis.



Pesan Paus Benedictus XVI

Diposting oleh St. Nicodemus


Hari Minggu Misi Sedunia ke-83

28 Juli 2009 13:23

PESAN PAUS BENEDIKTUS XVI
HARI MINGGU MISI SEDUNIA Ke-83
18  Oktober 2009
"Bangsa-bangsa akan Berjalan di dalam Cahayanya " (Why 21: 24)
Saudara-Saudari Terkasih,
Pada hari Minggu ini, yang secara khusus dipersembahkan untuk karya misi, saya mengajak pertama-tama, saudara-saudaraku sekalian dalam pelayanan selaku uskup dan pastor,  saudara dan saudari sekalian, umat Allah, untuk membangkitkan dalam diri kita kesadaran akan amanat misioner Kristus untuk "menjadikan semua bangsa murid-Nya" (Mat 28:19), dengan mengikuti jejak kaki Santo Paulus, Rasul Bangsa-bangsa agar "semua bangsa berjalan dalam cahaya-Nya" (Why 21:24).
Tujuan  misi Gereja adalah menerangi semua umat manusia yang sedang mengarungi sejarah kehidupan menuju Allah di bawah panduan cahaya Injil sehingga di dalam Dia mereka menjadi penuh dan lengkap. Kita harus memelihara kerinduan dan hasrat untuk menerangi segala bangsa dengan terang Kristus, yang bercahaya melalui wajah Gereja, sehingga semua orang dikumpulkan dalam satu keluarga umat, di bawah  kasih kebapaan Allah. Dalam perspektif itulah, para murid Kristus menyebar dalam seluruh karya dunia, berusaha untuk mengatasi beban penderitaan, mempersembahkan hidup mereka. Marilah kita sekali lagi mewartakan dengan berani apa yang sering ditegaskan oleh para Paus Pendahuluku: Gereja berkarya bukan untuk memperluas kekuasaan atau menegaskan penguasaannya, tetapi untuk membawa, kepada semua orang, Kristus, Penyelamat dunia. Kita  tidak meminta sesuatu pun kecuali membaktikan diri kita dalam pelayanan kepada umat manusia, khususnya mereka yang menderita dan terpinggirkan, karena kita yakin bahwa "usaha untuk mewartakan Injil kepada umat manusia dewasa ini ... adalah pelayanan yang diberikan kepada jemaat Kristiani dan juga kepada semua umat manusia" (Evangelii Nuntiandi,1), yang "telah mencapai prestasi-prestasi yang mengagumkan tetapi yang tampaknya telah kehilangan kepekaannya akan realitas-realitas yang terakhir  dan terhadap kehidupan itu sendiri" (Redemptoris Missio, 2).
•1.      Semua Bangsa dipanggil kepada keselamatan
Sebetulnya, seluruh umat manusia memiliki panggilan dasar untuk kembali kepada sumbernya, kembali kepada Allah, karena dalam Dia sendirilah umat manusia dapat mencapai kepenuhannya melalui pembaruan segala sesuatu dalam Kristus. Penyebaran, keberagaman, konflik, permusuhan akan diredakan dan didamaikan melalui darah dari  Salib dan dituntun kembali kepada kesatuan. Awal yang baru ini dimulai dengan Kebangkitan dan Kemuliaan Kristus, yang menarik segala sesuatu kepada diri-Nya, membarui mereka dan memampukan mereka untuk ambil bagian dalam kebahagiaan abadi bersama Allah. Masa depan penciptaan baru  sudah bercahaya dalam dunia kita  kini dan, kendati  terjadi pertentangan dan penderitaan, menyalakan harapan akan hidup baru.  Misi  Gereja adalah untuk ‘mengarahkan' semua orang kepada pengharapan baru. Itulah sebabnya mengapa Kristus memanggil, menguduskan dan mengutus para murid-Nya untuk mewartakan Kerajaan Allah, sehingga semua bangsa boleh menjadi umat Allah. Dalam misi itulah, ziarah sejati umat manusia dipahami dan diuji. Misi universal harus menjadi hal yang tetap fundamental dalam kehidupan Gereja. Mewartakan Injil harus menjadi bagi kita, seperti bagi Rasul Paulus, tugas pertama dan paling mendesak.
2. Gereja Peziarah
Gereja universal yang tidak mengenal garis-pinggir dan tapal-tapal batas, merasa bertanggung jawab untuk mewartakan Injil kepada seluruh umat manusia (bdk. Evangelii Nuntiandi, 53). Itulah tugas dan tanggung jawab Gereja, benih harapan berkat panggilan, untuk melanjutkan karya pelayanan Kristus di dunia. Karya misi dan pelayanan Gereja tidak terbatas pada pemenuhan kebutuhan spiritual dan material dalam kehidupan di dunia ini, tetapi suatu penyelamatan segala batas agar mencapai pemenuhan dalam suatu persatuan Kerajaan Allah (bdk. Evangelii Nuntiandi, 27). Kerajaan Allah ini, walaupun pemenuhannya bersifat eskatologis dan bukan di dunia ini (bdk. Why 18:36), merupakan kekuatan untuk keadilan dan perdamaian, untuk kebebasan dan penghargaan terhadap martabat setiap pribadi, dalam dunia dan sejarahnya. Gereja ingin mengubah dunia dengan mewartakan Injil  Cinta kasih, "yang dapat selalu menerangi dunia yang semakin suram dan memberi kita keberanian yang dibutuhkan untuk hidup dan berkarya ... dan dengan cara ini membuat terang Allah masuk ke dalam dunia" (Deus Caritas Est, 39). Untuk misi dan pelayanan inilah, saya mengimbau, dengan Pesan Misi ini, semua umat dan lembaga Gereja untuk berpartisipasi. 
3. Misi  Ad  Gentes (  kepada Bangsa-bangsa)
Misi Gereja adalah memanggil semua umat kepada keselamatan yang dipenuhi oleh Allah melalui Putra-Nya yang menjadi manusia. Karena itu penting sekali untuk membarui komitmen kita untuk mewartakan Injil yang adalah ragi kebebasan dan kemajuan, persaudaraan, kesatuan dan perdamaian (bdk. Ad Gentes, 8). Saya mau "menegaskan sekali lagi bahwa tugas untuk mewartakan Injil kepada semua umat manusia merupakan perutusan hakiki Gereja" (Evangelii Nuntiandi, 14), suatu tugas dan misi yang semakin mendesak dalam masyarakat dewasa ini yang mengalami perubahan yang meluas dan mendalam. Yang terancam bahaya adalah keselamatan abadi umat Allah, tujuan dan pemenuhan sejarah umat manusia dan alam semesta. Dijiwai dan diinspirasi oleh Rasul Bangsa-bangsa, kita harus menyadari bahwa Allah memiliki banyak umat di kota-kota yang dikunjungi oleh para rasul dewasa ini (bdk Kis 18:10). Sebetulnya "bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan orang yang masih jauh, yaitu semua  orang yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita." (Kis 2:39). Seluruh Gereja harus diabdikan kepada misi ad gentes, sampai kekuasaan Kristus yang menyelamatkan terpenuhi: "Sekarang ini, benar, belum kita lihat bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan kepada-Nya" (Ibr 2:8).
4. Dipanggil untuk mewartakan melalui kemartiran  
Pada hari yang dipersembahkan secara khusus kepada misi ini, saya berdoa bagi orang-orang yang telah menyerahkan diri mereka secara khusus untuk karya pewartaan Injil. Saya menyebut Gereja-gereja lokal dan para misionaris yang memberikan kesaksian dan mewartakan Kerajaan Allah dalam situasi penganiayaan, dengan berbagai bentuk penindasan, mulai dari diskriminasi sosial sampai penjara, penganiayaan dan kematian. Tidak sedikit jumlah orang yang dihukum mati demi "Nama-Nya". Kata-kata yang masih sangat relevan dewasa ini disampaikan oleh Pendahulu yang Mulia, Paus Yohanes Paulus II: "Kenangan perayaan telah memperlihatkan kepada kita suatu pemandangan yang mengejutkan, yang menunjukkan bahwa di zaman kita ini sangat banyak saksi dengan cara yang berbeda-beda mampu menjalani hidup Injil di tengah dunia yang penuh permusuhan dan penganiayaan, sering kali hingga titik pengujian tertinggi berupa menumpahkan darah mereka." (Novo Millennio Ineunte,41). Partisipasi dalam karya misi Kristus sebetulnya memberi dampak terhadap kehidupan orang-orang yang mewartakan Injil, karena mereka akan mengalami nasib yang sama seperti Guru mereka, "Ingatlah kata-kata yang saya sampaikan kepadamu: Seorang hamba tidak lebih besar daripada tuannya. Jika mereka menganiaya aku, mereka juga akan menganiaya kamu" (Yoh 15:20). Gereja mengikuti jalan yang sama dan menderita nasib yang sama seperti Kristus, karena Gereja tidak berkarya atas dasar pikiran  manusia atau bersandar pada kekuatannya sendiri, tetapi ia mengikuti jalan Salib, dalam ketaatan kepada Bapa, menjadi saksi dan teman perjalanan bagi umat manusia. Saya mengingatkan Gereja-gereja tua dan banyak Gereja yang didirikan kemudian  bahwa mereka ditempatkan oleh Tuhan untuk menjadi garam dunia dan terang dunia, dan dipanggil untuk mewartakan Kristus, Terang bangsa-bangsa, ke sudut-sudut dunia. Missio ad gentes harus menjadi prioritas dalam program pastoral. Kepada Karya-karya Kepausan, saya mengucapkan terima kasih dan dorongan atas pelayanan mereka yang luar biasa untuk mempromosikan animasi dan formasi misi serta bantuan material bagi Gereja-gereja muda. Melalui Lembaga-lembaga Kepausan, persekutuan di antara Gereja-gereja menjadi tampak secara sangat mengagumkan, yaitu pertukaran karunia, keprihatinan  timbal-balik  dan  perencanaan  misi  bersama. 
5.   Penutup
Semangat misioner selalu menjadi tanda kehidupan Gereja-gereja kita (bdk. Redemptoris Missio 2). Namun demikian perlu ditegaskan kembali bahwa pewartaan Injil pertama-tama adalah karya Roh Kudus dan bahwa sebelum melakukan kegiatan, tugas perutusan merupakan suatu kesaksian dan suatu cara hidup Kristus yang bersinar kepada orang lain (bdk.Redemptoris  Missio 26 ), pada pihak Gereja setempat, yang mengutus para misionarisnya ke luar wilayahnya sendiri. Karena itu saya mengimbau semua orang Katolik untuk berdoa agar Roh Kudus semakin meningkatkan semangat Gereja untuk berkarya demi  misi, untuk menyebarluaskan Kerajaan Allah dan mendukung para misionaris dan komunitas-komunitas Kristiani  yang terlibat dalam karya misi, di garis depan, sering dalam situasi penuh permusuhan dan penganiayaan. Pada kesempatan ini pula, saya mengimbau siapa pun sebagai tanda persekutuan sejati,  memberikan bantuan finansial, terutama pada masa krisis yang berdampak besar terhadap kemanusiaan, untuk membantu Gereja-gereja muda agar tetap siap menerangi bangsa-bangsa dengan Injil Cinta kasih. Semoga, dalam menjalani kegiatan misioner, kita semua dituntun oleh Perawan Maria yang Terberkati, bintang Evangelisasi, yang melahirkan Kristus ke dunia untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa dan membawa keselamatan "sampai ke ujung bumi" (Kis 13:47).
Dengan penuh kasih,  Saya  melimpahkan  Berkat  Apostolik kepada Anda Sekalian
Dari Vatikan, 29 Juni 2009

Bunda Maria

Diposting oleh St. Nicodemus

Renungan untuk hari ini kami ( Pengurus Lingkungan Nicodemus ) mengkutib dari Katolik 

"Inilah ibumu!"

(Ibr5:7-9 ; Yoh19:25-27)

“Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.”(Yoh19:25-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta ‘SP Maria Berdukacita’ hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

Seorang ibu yang baik senantiasa mengasihi anak-anaknya dalam kondisi dan situasi apapun dan dimanapun, demikian juga ketika anak-anak sudah tumbuh berkembang menjadi dewasa atau berkeluarga. Maka ada lagu yang begitu bagus dan indah:”Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia”. Hari ini kita kenangkan “Bunda Maria” yang berdukacita, pesta untuk mengenangkan bahwa Bunda Maria senantiasa bersama dan bersatu dengan Yesus, yang kemarin kita kenangkan persembahan diriNya di puncak kayu salib. Bunda Maria berdiri di dekat salib Yesus, bahkan Michael Angelo melukiskan Bunda Maria memangku Yesus yang telah wafat di kayu salib. Bunda Maria adalah teladan umat beriman, maka marilah kita sebagai orang beriman dengan rendah hati berusaha meneladan Bunda Maria, antara lain bersama dan bersatu dengan Yesus yang disalibkan, yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah dan dunia, demi keselamatan seluruh dunia seisinya. Kita dipanggil untuk berdiri di dekat salib Yesus, sahabat kita, dan selayaknya sebagai sahabatNya berpartisipasi dalam persembahanNya demi keselamatan seluruh dunia. Mayoritas waktu dan tenaga kita setiap hari untuk mendunia, berpartisipasi dalam seluk-beluk duniawi. Semakin mendunia hendaknya semakin beriman agar kita mampu mempersembahkan diri kita bersama semua pekerjaan, kesibukan, beban dst. kepada Tuhan. Dengan kata lain marilah kita memberikan diri seutuhnya pada pekerjaan, tugas atau kewajiban yang dibebankan kepada kita dengan semangat “hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia”. Semoga cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun ‘menyinari dunia’ artinya membuat dan menyebabkan segala sesuatu baik adanya. Masing-masing dari kita menjadi ‘terang’ bagi dunia; kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun tidak mempersulit orang lain, melainkan membuat orang lain dengan mudah dan gembira melaksanakan tugas pekerjaan dan kewajiban mereka.

“Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan” (Ibr5:7). Kutipan ini pertama-tama dikenakan pada Yesus, tetapi kiranya juga dapat dikenakan kepada Bunda Maria. Ingat dalam kisah pesta perkawinan di Kana, dimana Bunda Maria minta kepada Yesus untuk berbuat sesuatu demi keselamatan pesta perkawinan, dan Yesus pun melaksanakan dengan membuat mujizat, air menjadi anggur yang terbaik. Pada masa kini devosi kepada Bunda Maria kiranya semakin tumbuh dan berkembang, antara lain semakin maraknya ziarah ke tempat ziarah Bunda Maria atau berdoa di hadapan ‘patung Bunda Maria’ yang berada di gereja, kapel atau gua-gua. Bukup banyak permohonan dipersembahkan kepada Tuhan dengan perantaraan Bunda Maria, dan juga sudah cukup banyak permohonan yang dikabulkan. Dalam berbagai penampakan Bunda Maria, yang diimani, antara lain diceriterakan bahwa Bunda Maria melelehkan air mata: air mata kasih bagi para pendosa. Bunda Maria setia pada pesan Yesus di puncak kayu salib “Ibu, inilah anakmu”. Lelehan air mata Bunda kiranya merupakan tawaran kasih bagi para pendosa agar bertobat, meninggalkan aneka macam bentuk kejahatan yang telah dilakukannya. Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua, yang merasa berdosa, namun kiranya kita semua adalah pendosa, marilah kita tanggapi ‘ratap tangis’ atau ‘lelehan air mata’ Bunda Maria dengan bertobat, menjadi anak-anak kesayangan Bunda Maria, yang juga berarti menjadi sahabat-sahabat Yesus, hidup dan bertindak meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus.

“Pada-Mu, TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu. Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu,sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan aku! Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku! Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku.Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku. Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN, Allah yang setia “ (Mzm31:2-6)

Jakarta, 15 September 2009


Tgl 14Sep2009 oleh Rm.I. Sumarya, S.J

Pentingnya Mengerti Pernikahan Katolik bagi Umat

Diposting oleh St. Nicodemus


Pentingnya mengerti pernikahan katolik bagi umat membuat kami ( Lingkungan St.Nicodemus )

mengutip artikel ini dari Mirifica News dan semoga pesan ini tersampaikan bagi/untuk umat. 

Salam

Lingkungan St.Nicodemus

Transformasi “Bonum Coniugum” dari dicintai menjadi mencintai

02 Juni 2008 14:09

Relevansi kanon 1055, §1.
Rm D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr

Unsur hakiki dan tujuan perkawinan
Dalam setiap persiapan perkawinan sudah banyak materi yang diberikan oleh petugas KPP (Kursus Persiapan Perkawinan) seperti misalnya tentang ekonomi keluarga, sakramen perkawinan, spiritualitas perkawinan, namun belum banyak bahan yang diberikan menyangkut hal pokok seperti unsur-unsur hakiki dan tujuan perkawinan. Apa saja unsur-unsur hakiki dan tujuan perkawinan? Kanon 1055,§1 menyatakan perkawinan terarah pada dua tujuan: "dari kodratnya perkawinan terarah pada kesejahteraan suami-isteri (bonum coniugum), kelahiran dan pendidikan anak (bonum prolis)". Hal yang sama tentag "bonum prolis" dinyatakan dalam GS, no. 50 bahwa tujuan perkawinan untuk kelahiran dan pendidikan anak. Bonum coniugum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti kesejahteraan suami-isteri. Kesejahteraan suami isteri merupakan tujuan personal dari perkawinan, sekaligus merupakan unsur hakiki dari perkawinan. Maka jika hal itu tidak ada dalam perkawinan otomatis perkawinan itu dapat dianulir. Mengapa demikian? Karena suami atau isteri atau keduanya tidak menyadari atau tidak memiliki unsur yang fundamental (hakiki) dalam membentuk perkawinan, sehingga perkawinan itu tidak ada. Dan dalam kenyataan perkawinan (matrimonium in facto esse) yang demikian itu, banyak yang bubar karena tidak tercapai kesejahteraan secara personal dalam perkawinan. Banyak perkawinan saat ini yang mengabaikan unsur kesejahteraan suami-isteri, mereka tidak siap membangun keluarga karena faktor ekonomi akibatnya setelah beberapa tahun mereka gagal dan bubar perkawinannya. Kesejahteraan yang dimaksudkan dalam kodeks ini aspek ekonomi/materi dan juga rohani/mental.
Kanon 1055, §1: ciri kodratnya perkawinan terarah pada kesejahteraan suami-isteri
Kanon 1055, §1: menyatakan bahwa "Perjanjian (foedus) perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan (consortium) seluruh hidup, yang menurut ciri kodratnya terarah pada kesejahteraan suami-isteri (bonum coniugum) serta kelahiran dan pendidikan anak (bonum prolis), antara orang-orang yang dibaptis, oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen (bonum sacramentum). Bila kita telisik lebih dalam sebagai sebuah materi dalam KPP dan sekaligus menjadi bantuan bagi para penggerak KPP, makna "bonum coniugum" sungguh penting. Praksis hidup perkawinan terarah pada tujuan personal perkawinan yakni suami dan isteri dalam perjalanan hidup perkawinan memiliki kesejahteraan hidup (ekonomi/materi dan mental/rohani).
Transformasi "bonum coniugum" dari dicintai menjadi mencintai (aspek mental/rohani)
Dalam hidup suami isteri, "bonum coniugum" menghendaki agar gagasan cinta berubah dari dicintai ke kedewasaan untuk mencintai. Hal ini membutuhkan waku yang lama, bertahun-tahun dalam hidup perkawinan nyata dengan "melupakan diri sendiri" (egoisme) dan mengutamakan pasangan. Dengan mencintai pasangan suami atau isteri masing-masing meninggalkan sel penjara kesepian dan keterasingan yang disebabkan oleh sikap yang terpusat pada diri sendiri (self centeredness). Dengan mencintai, masing-masing akan merasakan arti persatuan baru, arti "menjadi satu daging", arti persekutuan hidup (consortium totius vitae).
Lebih dari itu, masing-masing merasakan potensi membangkitkan cinta dengan mencintai, bukan karena ketergantungan untuk menerima dengan dicintai dan karena itu harus menjadi kecil tak berdaya, melainkan sebalikya aku dicintai karena aku mencintai pasangan. Cinta yang tidak dewasa (kanak-kanak) berkata aku mencintaimu karena aku membutuhkanmu, sebaliknya cinta yang dewasa akan mengatakan: aku membutuhkanmu karena aku mencintaimu.
Kesejahteraan suami isteri sebagai unsur hakiki dan tujuan personal perkawinan, membutuhkan cinta tanpa syarat. Dalam perkawinan, "bonum coniugum" sebagai unsur hakiki dan tujua menghendaki agar suami isteri tidak saling memanfaatkan. Masing-masing harus belajar berdialog dengan saling mencintai satu sama lain tanpa syarat. John Powel merangkum pandangannya tentang apa yang biasanya terjadi atas suami isteri yang berubah dari dicintai menjadi mencintai dan menemukan kesempurnaan dalam hidup. Ada lima hal pokok transformasi "bonum coniugum" dari dicintai menjadi mencintai:
•1)      Menerima diri sendiri: orang yang yang sepenuhnya giat menerima dan mencintai diri mereka sendiri apa adanya,
•2)      Menjadi diri sendiri: orang yang sepenuhnya bebas meneriman jati diri mereka yang sesungguhnya,
•3)      Melupakan diri sendiri: belajar menerima dan menjadi diri mereka sendiri, suami isteri secara utuh dan total giat mengembangkan diri untuk mencintai pasangan,
•4)      Percaya: belajar melampaui perhatian yang hanya terarah pada diri sendiri dan percaya pada pasangan serta menemukan makna dalam hidup berpasangan,
•5)      Memiliki: hidup yang utuh, menjadikan hidup sebagai rumah yang memilki rasa kebersamaan.
Dalam proses mencintai itu ada 3 tahapan penting. Pertama, kemurahan (kindness): kepastian kehangatan bahwa aku di sisimu. Aku peduli padamu. Dalam tahap ini dasar cinta adalah pernyataan untuk memerhatikan kebahagiaan orang yang dicintai dan penegasan-kepastian atas harga diri pribadi. Kedua, dorongan (encouragment): menganggap pasangan sebagai sumber kekuatan dan memberikan ruang yang bebas bagi pasangan untuk berkembang. Powel menyebutnya sebagai cinta pasangan yang membebaskan. Bagi dia, cinta berarti memberikan seseorang akar rasa memiliki, dan sayap rasa mandiri dan kebebasan. Mendorong berarti memberikan keteguhan hati kepada pasangannya. Ketiga, tantangan (challenges): menyatakan kepastian mencintai adalah keputusan dan tegas untuk bertindak. Setelah menyatakan kemurahan"aku ada untukmu" dan memberikan keteguhan hati "kamu dapat melakukannya", cinta sejati harus mengajak pasangan untuk berkembang; bertumbuh melampaui batas-batas egoisme diri, mengatasi apa yang selalu dipandang terlalu sulit, memberantas kebiasaan pasangan yang merusak diri sendiri atau pasangan, mengatasi rasa takut untuk jujur dan percaya pada pasangan, mengungkapkan perasaan yang tertekan pada pasangan, menghentikan dendam, memberi maaf dan pengampunan yang menyembuhkan pasangan.

Trend Komunikasi Masa Kini

Diposting oleh St. Nicodemus

Melihat dan menanggapi perkembangan dan trend komunikasi masa kini kami ( Pengurus Lingkungan St.Nicodemus )anggap perlu untuk  kami kutip dan bagikan permenungan dari pesan Bpk. Paus Benedictus XVI yang ditulis oleh Sekretaris Executive komisi Komsos KWI


Media Digital Baru dan Gelanggang Evangelisasi

11 Mei 2009 16:12

Refleksi atas Pesan Bapa Suci pada Hari Komunikasi Sedunia ke-43
(Rm. Agus Alfons Duka, SVD)

Dalam rangka memperingati Hari Komunikasi Sosial sedunia ke- 43 tahun 2009 yang dirayakan pada 24 Mei, Paus Benediktus XVI menyampaikan pesan komunikasi kepada seluruh umat Katolik sedunia dengan tema 'Teknologi Baru, Relasi Baru: memajukan budaya menghormati, dialog dan persahabatan.'  Tema ini merupakan bentuk perhatian gereja terhadap perkembangan teknologi baru yang kian hari mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku masyarakat teristimewa mereka yang dikategori sebagai generasi digital. Ada dua gagasan utama yang ditandaskan Bapa Suci dalam tema dimaksud yakni teknologi baru sebagai sarana dan manusia sebagai pihak yang berkepentingan dengan teknologi itu. Penekanan Bapa Suci terletak pada bagaimana kedua unsur itu berinteraksi dan berkorelasi.
Pada prinsipnya, sarana komunikasi sosial apapun bentuk dan kemasannya, ia harus dipandang sebagai ‘restu Allah' (Inter Mirifica no 1) dan ‘anugerah Allah'(Communio et Progressio no 2). Itulah posisi teologis dari gereja. Karena fungsinya sebagai sarana, maka ia harus memfasilitasi terbangunnya 'kesatuan dan kemajuan' umat manusia sebagai tujuan komunikasi Kristiani.
Semoga mereka menjadi satu sama seperti kita adalah satu.

Inilah penggalan doa yang disampaikan oleh Yesus kepada Bapa sebelum Ia meninggalkan dunia. Doa ini lantas dikenal sebagai doa Yesus dalam kapasitasnya sebagai summus sacerdos (Imam Agung).Tentu kesatuan (unity) yang menjadi isi doa Yesus bukan dalam arti seragam (conformity). Ia lebih bermakna sehati dan sepenanggungan. Kesatuan seperti ini tidak harus terbingkai dalam kebersamaan fisik (tempat yang sama dan pada saat yang sama). Kesatuan versi doa Yesus memiliki semangat (spiritualitas) yang sama dalam rupa-rupa kegiatan. Demikianlah ‘Ada rupa-rupa karunia, tetapi roh itu satu dan sama'(1Kor 12:4).

Teknologi digital baru sedang memainkan peran itu. Keluarga-keluarga yang para anggotanya terpaksa tinggal terpisah dan jauh oleh karena kerja, sekolah, atau tugas-tugas tertentu kini dapat berhubungan dan menjalin kontak satu dengan lain dengan menggunakan telpon seluler. Internet yang kian hari kian canggih dengan menghadirkan video camera (suara dan gambar) membuat jarak dan waktu menjadi tereliminasi. Solidaritas antar bangsa pun semakin hari meningkat. Tatkala Indonesia mengalami bencana alam, banyak negara lain mengirim bantuannya baik tenaga maupun dana  memperingan penderitaan korban bencana setelah mendengar di radio, menonton di televisi, berselancar di internet. Para mahasiswa dan peneliti tidak perlu lagi mengeluarkan banyak biaya dan waktu untuk mencari bahan-bahan rujukan untuk penelitian mereka di berbagai perpustakaan. Cukup mengakses internet di kamarnya, semua informasi sudah bisa didapatkan. Kaum muda tidak saja membangun pertemanan dengan orang-orang di seputar sekolah, komunitas dan lingkungan mereka. Mereka memperoleh banyak teman di berbagai negara lewat internet (persahabatan online). Sungguh, media digital modern memberikan peluang untuk terciptanya communio et progressio (kesatuan dan kemajuan). Atau boleh kita katakan, doa Yesus dalam kapasitasnya sebagai imam agung sedang terlaksana oleh kehadiran teknologi baru ini.
 
Waspada terhadap Teknokrasi
Walaupun demikian, kita hendaknya perlu bermawas diri agar tidak menjadikan media digital baru sebagai suatu euforia. Dengan karakter teknologis, media baru memiliki daya pikat, menarik banyak orang kepadanya yang pada gilirannya bisa menghilangkan peran utamanya  sebagai sarana lalu berubah menjadi tujuan itu sendiri(teknosentrisme).
Pada pihak lain, ciri modistik(mode) teknologi baru membuat sarana-sarana itu masih bersifat elitis: mahal harganya dan sulit aksesnya terhadap piranti teknologis itu. Dengan demikian, hanya orang kota dan atau berduitlah yang memiliki kemudahan ke piranti teknologi baru dimaksud. Itu berarti, yang bisa memanfaatkan media teknologi baru untuk kepentingan kesatuan dan kemajuan adalah kategori orang yang punya power ekonomi dan politik. Lalu, mereka yang tidak mempunyai akses akan tetap didera dengan kemiskinan informasi. Media modern dengan demikian justru memperdalam jurang dan diskriminasi dan bukan membangun kesatuan dan kemajuan.
Paus Benediktus dalam pesan komunikasinya  pada perayaan hari komunikasi sosial sedunia tahun ini mengimbau  kita semua  agar tidak saja menggunakan media komunikasi secara proporsional tetapi juga mengupayakan penyamarataan  penyebaran media untuk semua orang.
Media Digital Baru sebagai Gelanggang Evangelisasi
Pada akhirnya, dalam pesan komunikasinya, Bapa Suci mengundang semua  orang yang bekehendak baik, teristimewa kaum muda yang lahir sebagai generasi digital untuk menjadikan teknologi digital baru sebagai suatu ‘market place' atau forum untuk memperjuangkan dan memajukan  budaya menghormati, meningkatkan dialog dan mempererat persahabatan. Bila kita masih saja bermusuhan dan saling curiga, bila banyak orang merasa dihina dan dinista oleh kehadiran media digital baru ini, maka yang paling bertanggungjawab terhadapnya adalah manusia pencipta dan pendistribusian media modern.  Dunia media baru harus menjadi gelanggang evangelisasi dari dan di tengah-tengah umat manusia.

Penulis, Sekretaris Eksekutif Komisi KomSos KWI



Sebersit Harapan dalam Lingkungan

Diposting oleh St. Nicodemus